Senin, 23 April 2012

Sejarah Pemrograman C++


Sejarah C++ berawal dari tahun 1978 saat Brian W. Kerninghan & Dennis M. Ritchie dari AT & T Laboratories mengembangkan bahasa B menjadi bahasa C. Bahasa B yang diciptakan Ken Thompson pada dasarnya merupakan pengembangan dari bahasa BCPL ( Basic Combined Programming Language ) yang diciptakan oleh Martin Richard.Mulai dari tahun 1980, bahasa C mulai banyak dipakai untuk pembuatan pemrogram di Eropa yang sebelumnya menggunakan bahasa B dan BCPL. Di tahap selanjutnya, bahasa C menjadi bahasa yang  terpopuler diantara bahasa lainnya, seperti PASCAL, FORTRAN, BASIC.Tahun 1989, American National Standards Institute (ANSI) mengeluarkan standar bahasa C sehingga kemudian bahasa C yang diciptakan Kerninghan & Ritchie dikenal dengan nama ANSI C.Pada awal tahun 1980, bahasa C mulai dikembangkan oleh Bjarne Stroustrup dari AT & T Bell Laboratories. Pada tahun 1985, terciptalah bahasa baru hasil pengembangan C yang dikenal dengan nama C++. Pada dasarnya bahasa C++ mempunyai dua tahap evolusi, yang pertama, bernama cfront, dirilis oleh AT&T Laboratories. C++ versi kuno ini hanya berupa kompiler yang menterjemahkan C++ menjadi bahasa C.Kemudian pada tahap selanjutnya, Borland International Inc. mengembangkan kompiler C++ menjadi sebuah kompiler yang mampu mengubah C++ langsung menjadi bahasa mesin. Sejak evolusi ini, mulai tahun 1990 C++ menjadi bahasa yang digunakan oleh sebagian besar programer professional.

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN : BUKTI EMPIRIS TEORI RUMAH TANGGA PERTANIAN


Nama Kelompok        :   ADITYA NURAHMAN (10110202)
                                      :   HERUL FITMAN HERMAWAN (13110293)
                                      :   PANDU ENDAR H (15110300)


ANALISIS PERMINTAAN PANGAN : BUKTI EMPIRIS TEORI RUMAH TANGGA PERTANIAN



Oleh : M. Husein Sawit




EKONOMI DAN KEUANGAN INDONESIA
Volume XLII Nomor 1, 1994





UNIVERSITAS GUNADARMA
JURUSAN SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER & TEKNOLOGI INFORMASI 2012







PENDAHULUAN
            Sejak lama pemerintah berusaha untuk meningkatkan pendapatan penduduk pedesaan melalui peningkatan produksi pertanian. Sejumlah infrastruktur dibangun di desa terutama irigasi dan prasarana penyuluhan termasuk juga pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan.
            Selama ini, subsidi input seperti pupuk, tingkat upah, luas tanah pertanian dan capital, hampir tidak pernah dikaitkan berpengaruh langsung pada konsumsi rumah tangga pedesaan. Suatu yang keliru bila seseorang menganggap rumah tangga tani sebagai unit konsumsi murni atau sebagai produksi murni. Rumah tangga tani menghasilkan produksi terutama pangan, sebagian dari produksinya dikonsumsikan, sisanya dijual ke pasar. Demikian juga, tenaga kerja yang digunakan di usahatani. Oleh karena itu, rumah tangga tani lebih tepat dikatakan sebagai campuran antara produsen dan konsumen.
            Tujuan umum makalah ini adalah untuk membangun model permintaan yang lebih realitis untuk rumah tangga pedesaan. Sedangkan tujuan spesifiknya: menganalisa perbedaan parameter permintaan rumah tangga yang diestimasi dengan Model Permintaan Konvensional (MPK) dibandingkan dengan Model Permintaan Rumah tangga pertanian (MPR), melihat pengaruh kenaikan upah, pengurangan/penghapusan subsidi pupuk, dan luas usahatani terhadap konsumsi tangga.

            DATA
            Data yang digunakan dalam studi ini berasal dari hasil penelitian Studi Dinamika Pedesaan, Survey Agro Ekonomi di DAS Cimanuk, Jawa Barat tahun 1983-1984, yang kemudian semua data tersebut dialihkan pengelolanya ke Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian (P/SE). Walaupun data ini relative lama, tapi tetap punya relevansi dengan masalah masa kini. Sejumlah 241 rumah tangga dipilih untuk studi studi ini, mereka umumnya pemilik dan penggarap, dan sebagian kecil dari mereka adalah penyewa.
            Umumnya mereka menghasilkan padi, ubi kayu, jagung, ubirambat dan kedele, dan jarang sekali sebagai penghasil satu jenis produk pertanian. Padi merupakan tanaman utama ditanam oleh hampir semua rumah tangga. Tanaman pangan nonpadi tersebut ditanam tidak merata di antara petani, sehingga tanaman tersebut digabungkan menjadi palawija agar jumlah sampel rumah tangga tidak berkurang. Oleh karena itu, dua komuditas pangan yang dianalisa yaitu padi dan palawija.
            Dalam penelitian ini, dianalisa tiga input variable terpenting yaitu tenaga kerja pria, wanita dan pupuk, karena proporsi masing-masing input tersebut terhadap biaya total lebih dari 10%, sedangkan input lainnya seperti bibit dan pertisida diabaikan, karena proporsinya terhadap ongkos total masing-masing input tersebut kurang dari 5%. Pemisahan tenaga kerja pria dan wanita adalah penting karena adanya perbedaan tugas dalam rumah tangga, kegiatan di usaha tani dan juga berbedanya kesempatan kerja terutama di luar pertanian.
            Rumah tangga pedesaan juga terlibat dalam berbagai kegiatan nonpertanian seperti pedagang keliling, warung, buruh, penarik becak, atau penjual jasa lainnya, dan industri rumah tang. Kegiatan nonpertanian ini digolongkan ke dalam tiga kategori besar, yaitu: pedagang, buruh industri, dan buruh pelayanan/jasa. Khusus untuk kegiatan perdagangan, upah (proksi dari upah) dihitung berdasarkan pendapatan atas tenaga keluarga. Kegiatan industry rumah tangga tidak dimasukkan dalam studi ini, karena joint profit sehingga tidak dapat ditaksir pendapatan untuk bagian tenaga kerja pria atau wanita. Oleh karena itu, tingkat upah nonpertanian ditaksir sebagai upah rata-rata tertimbang dari kegiatan perdaganga, buruh industri, dan buruh pelayanan/jasa.

            MODEL PERMINTAAN PANGAN
            Penelitian terakhir memperlihatkan bahwa bekerjanya pasar tenaga kerja yang kompetitif di banyak tempat di Jawa. Kalau dianggap persoalan resiko tidak penting, dan diasumsikan juga tingkat harga atau tingkat upah sama pada waktu membeli dan menjualnya, maka model rumah tangga pertanian (MRP) bias diperlakukan recursive. Artinya konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh produksi pertanian, akan tetapi produksi bebas dari pengaruh konsumsi. Pendekatan recursive ini lebih sederhana dalam kita membangun model dan menguji berbagai hipotesa tentang perilaku rumah tangga.
            Selanjutnya dirumuskan fungsi produksi yang menampung dua output (padi dan palawija), tiga input variable (tenaga kerja pria, wanita, dan pupuk) dan dua input tetap (luas tanah garapan dan capital tetap). Fungsi produksi implisit ditulis sebagai berikut :
H (Q1, Q2, Lm, Lf, K1, K2) = 0                                                (1)

Di mana,
Q1 dan Q2 masing-masing tingkat produksi padi dan palawija;
Lm dan Lf sebagai total tenaga kerja (dalam dan luar keluarga), masing-masing untuk pria dan wanita. Tenaga kerja dalam dan luar keluarga dianggap dapat disubstitusikan secara sempurna, tapi tidak demikian halnya antara tenaga pria dan wanita;
F adalah pupuk kimia (total urea dan TSP); dan
K1 dan K2 adalah input tetap masing-masing luas tanah garapan dan capital tetap.
            Rumah tangga diasumsikan memaksimumkan daya guna dengan kendala produksi pertanian, waktu dan pendapatan. Daya guna tersebut dapat diperoleh dari konsumsi barang pertanian, waktu dan pendapatan. Daya guna tersebut dapat diperoleh dari konsumsi barang pertanian yang dihasilkan rumah tangga, barang yang dibeli dari pasar, dan waktu senggang. Oleh karena itu, fungsi daya guna rumah tangga dirumuskan sebagai berikut :
                                    U = U (Rm, Rf, C1, C2, M)                                                     (2)

Di mana,
Rm dan Rf adalah konsumsi waktu tidak bekerja, masing-masing untuk pria dan wanita dewasa. Waktu tidak bekerja ini ditaksir dari sisa waktu total setelah dikurangi waktu yang dipakai untuk bekerja.
C1 dan C2 adalah konsumsi padi dan palawija; dan M adalah konsumsi barang pasar.
            Fungsi daya guna rumah tangga diasumsikan kontinyu dan dapat diturunkan dua kali dan memenuhi syarat pertama dan kedua; dan utilitas marginal positif untuk semua barang.
            Rumah tangga menghadapi kendala waktu, masing-masing buat pria dan wanita dewasa sebagai berikut :
                                    Dm = Nm + NNm + Rm                                                                (3a)
                                    Df = Nf + NNf + Rf                                                        (3b)           


Di mana,
Dm dan Df adalah waktu yang tersedia yang dapat dipakai untuk bekerja dan tidak bekerja, masing-masing untuk pria dan wanita;
Nm dan Mf adalah waktu yang digunakan usaha tani sendiri, masing-masing untuk pria dan wanita;
NNm dan NNf adalah waktu yang digunakan di kegiatan nonpertanian masing-masing untuk pria dan wanita
Rm dan Rf adalah waktu tidak bekerja.
            Rumah tangga mengkonsumsikan sebagian padi dan palawija yang dihasilkannya. Padi dan palawija dpat dijual atau dibeli, pendapatan dari upah pertanian dan nonpertanian, pendapatan bersih dari nontenaga kerja. Pendapatan tersebut dirumuskan sebagai berikut :


Di mana,
qM adalah nilai barang pasar (M sebagai agregat kwantitas barang dan q adalah harganya. P1 dan P2 adalah harga masing-masing untuk padi dan palawija; Ww adalah harga pupuk; Wm dan Wf adalah tingkat upah di tanaman pangan, WNm dan WNf adalah tingkat upah nonpertanian; E adalah pendapatan bersih dari nontenaga kerja.
            Apabila kendala waktu (persamaan 3) disubstitusikan ke dalam persamaan pendapatan (4) dan selanjutnya persamaan 4 dapat ditulis sebagai beriku

            Selanjutnya fungsi daya guna rumah tangga (persamaan 2) dimaksimumkan dengan dua kendala yang telah diselesaikan yaitu produksi pertanian (persamaan 1) dan pendapatan (persamaan 5), sehingga fungsi Lagrangian dapat dirumuskan sebagai berikut :
            Analisis statis komparatif dipakai untuk mengevaluasi perubahan suatu variable independen (sedangkan variable lainnya dianggap tetap) pengaruhnya terhadap variable dependen.


IV. MODEL EKONOMETRI
            Model ekonometri telah disinggung di depan, pendekatan recursive digunakan dalam penelitian ini. Dengan pendekatan recursive memungkinkan kita mengestimasi produksi terpisah dengan konsumsi.
           
A.   Perilaku Rumah Tangga dalam Produksi
Dalam kasus fungsi produksi yang mencakup banyak output dan banyak input (multi output and multi-input) diduga dengan menggunakan fungsi yang fleksibel. Salah satu bentuk fungsi tersebut adalah fungi keuntugan translog. Dari fungsi keuntungan translog dapat diturunkan fungsi fungsi permintaan input (input demand) dan penawaran output (output supply). Model ekonometri persamaan pangsa untuk kasus dua input dan tiga input dituliskan sebagai berikut :


            Metode Iterative Seemingly Unrelated Regression (ITSUR) digunakan untuk menaksir parameter persamaan – persamaan 10a s/d 10c. Metode ini dapat menghasilkan parameter yang lebih stabil, karena metode ini hampir sama dengan metide the maximum likelihood (ML).
            Dalam teori ekonomi diperlukan persyaratan symmetry dan homogeneity yang harus dipenuhi pada persamaan – persamaan pangsa tersebut. Bukti berlaku tidaknya persyaratan symmetry tersebut, maka perlu diuji terlebih dahulu dengan uji F (F-Test).
            Estimasi persamaan pangsa input dan output memberlakukan persyaratan symmetry dan homogenity. Nilai koefisien yang diperoleh dari estimasi persamaan pangsa tersebut secara langsung tidak mempunyai pengertian ekonominya, tapi digunakan untuk menentukan besaran angka elastisitas permintaan input dan penawaran output. Nilai elastisitas tersebut dihitung pada nilai rata – rata dari variable dependen dan rumus yang dipakai seperti yang diperlihatkan oleh Fulginity dan Perrin (1990).
            Dari pembicaraan diatas dapat disimpulkan bahwa model ekonometri tersebut memenuhi syarat – syarat monotonicity dan convexity, sedangkan persyaratan homogenity dan symmetry diberlakukan (impose) dala model.

B.   Perilaku Rumah Tangga dalam Konsumsi
Fungsi permintaan tradisional diturunkan berdasarkan pendekatan daya guna langsung (direct utility atau pendekatan primal). Peneliti empiris menunjukan bahwa model linear approximation (LA) AIDS amat dekat hasilnya dengan model AIDS.
Model LA/AIDS dipakai dalam penelitian ini  untuk mengestimasi lima komoditas dan sejumlah karakteristik rumah tangga. Sama seperti dalam mengestimasi persamaan sistem permintaan input dan penawaran output, dalam mengestimasi LA/AIDS digunakan juga metode ITSUR dengan pangsa barang pasar dikeluarkan dari estimasi ekonometri.

Dalam model permintaan konvesional, pendapatan rumah tangga dianggap tetap, berbeda dengan rumah tangga pertanian yang memperlakukan pendapatan rumah tangga berubah, karena pengaruh keuntungan yang diperoleh dari produksi pertanian. Secara umum ditemukan perbedaan hasil di antara kedua model tersebut terutama berubahnya tujuh buah tanda elastisitas permintaan yaitu positif pada MPK menjadi negative di MPR atau sebaliknya.
Elastisitas permintaan padi terhadap harga kurang elastis dalam MPR disbanding dengan MPK (-0.55 lawan -0.74). Efek positif terhadap keuntungan, hanya mampu menutupi sebagian dari efek negatif dari subtitusi dan pendapatan. Adulavidhaya dkk (1984) melakukan penelitian dengan model di Thailand juga menemukan pola yang mirip yaitu elastisitas MPR (-0.37) yaitu lebih rendah (secara absolut) disbanding dengan MPK (-0.82).
Berbeda dengan padi, elastisitas permintaan palawija terhadap harga diri lebih tinggi di MPR disbanding dengan di MPK. Ini menunjukan bahwa besarnya efek keuntungan yg negative dari palawija telah menambah efek subtitusi dan pendapatan.
Elastisitas permintaan akan padi dan barang pasar terhadap upah pria dalam MPR adalah sama yaitu -0.04. Sedangkan elastisitas kedua komoditas tersebut terhadpa upah wanita masing masing -0.32 dan -0.40 dalam MPR.
Elastisitas permintaan palawija terhadap upah pria adalah negatif (-0.48) dan positif untuk upah wanita (1.01).
Dalam MPR memperlihatkan bahwa pekerja dalam rumah tangga berpengaruh positif terhadap konsumsinya. Elastisitas permintaan padi dan barang pasar terhadap jumlah pekerja, terutama pekerja pria yaitu 0.42 dan 0.22.
Elastisitas dalam permintaan padi, palawija dan barang pasar terhadap luas tanah garapan semuanya positif yaitu masing – masing 0.21;0.14 an 0.21. Walau inelastis meningkatnya luas garapan berpengaruh positif terhadap konsumsi rumah tangga.

VI. Ringkasan dan Kesimpulan
Model rumah tangga pertanian menunjukan bahwa factor produksi tetap dan harga input dapat berpengaruh langsung terhadap konsumsi rumah tangga. Pendekatan MPR lebih logis karena model yg dibangun lebih mirip dengan kenyataan yang di hadapi rumah tangga pedesaan yaitu mereka sebagai kombinasi antara prosusen dan konsumen pangan.
Penemuan dalam studi ini membuktikan bahwa pentingnnya memasukan komponen keuntungan dari produksi pertanian khususnya pangan kalau seseorang ingin mempelajari atau mengestimasi permintaan tidak kurang dari 50%. Model yang di kembangkan ini memerlukan data yang banyak dan biaya komputasinya yang lebih tinggi. Model ini (tentunya dengan berbagai modifikasi) dapat diterapkan di pedesaan luar jawa yang pada saat sekarang semakin banyak penelitian tingkat rumah tangga.

Tabel A1
Rumus Elastisitas Permintaan Komoditas Terhadap Variabel Exogenous dan
Karakteristik Rumah Tangga
Variabel Independen
Padi (C1)
Palawija (C2)
Barang Pasar (M)
Harga:
Harga Padi (P1)
(∂ ln C1 / ∂ ln P1)
-(∂ ln C1 / ∂ ln Y*)
(P1 C1/Y*)
+(∂ ln C1 / ∂ ln Y*)
(∂ ln π/ ∂ ln P1)(π/Y*)
(∂ ln C2 / ∂ ln P1)
-(∂ ln C2 / ∂ ln Y*)
(P1 C1/Y*)
+(∂ ln C2 / ∂ ln Y*)
(∂ ln π/ ∂ ln P1)(π/Y*)
(∂ ln M / ∂ ln P1)
-(∂ ln M / ∂ ln Y*)
(P1 C1/Y*)
+(∂ ln M / ∂ ln Y*)
(∂ ln π/ ∂ ln P1)(π/Y*)
Harga Palawija (P2)
(∂ ln C1 / ∂ ln P2)
-(∂ ln C1 / ∂ ln Y*)
(P2 C1/Y*)
+(∂ ln C1 / ∂ ln Y*)
(∂ ln π/ ∂ ln P1)(π/Y*)
(∂ ln C2 / ∂ ln P2)-(∂ ln C2/∂ ln Y*)(P2 C2/Y*)
+(∂ ln C2/∂ ln Y*)(∂ ln π/ ∂ ln P2)(π/Y*)
(∂ ln M / ∂ ln P2)
-(∂ ln M / ∂ ln Y*)
(P2 C2/Y*)
+(∂ ln M / ∂ ln Y*)
(∂ ln π/ ∂ ln P2)(π/Y*)
Harga Barang Pasar (q)
(∂ ln C1 / ∂ ln q)
-(∂ ln C1 / ∂ ln Y*)
(qM/Y*)
(∂ ln C2 / ∂ ln q)
-(∂ ln C2 / ∂ ln Y*)
(qM/Y*)
(∂ ln M / ∂ ln q)
-(∂lnM/∂ ln Y*)(π/Y*)
Harga pupuk (Ww)
(∂ ln C1 / ∂ ln Y*)
(∂ln π/∂ln Ww)(π/Y*)
(∂ ln C2 / ∂ ln Y*)
(∂ln π/∂ln Ww)(π/Y*)
(∂ ln M / ∂ ln Y*)
(∂ln π/∂ln Ww)(π/Y*)


Tabel A2
Elastisitas Penawaran Output. Permintaan Input dan Keuntungan

                                   Penawaran Output*                             Permintaan Input
Elasisitas Terhadap      Padi    Palawija     Tenaga       Tenaga       Pupuk (f)  Keuntungan
                                        Q1        Q2         Pria(Lm)   Wanita (Lt)                                  (π)
 

Harga Padi (P1)          0,607      0,05          1,582          1,424           1,671           1.593
                                   (10,06)                    (8,03)          (6,80)          (8,34)          (43,56)

Harga Palawija (P2)    0,001       0,06          0,102             0,099          -0764           0,035
                                                                                                                                       (3,71)

Harga Pupuk (Ww)     -0,074      1,559          -0,065          0,084            -0,341            -0,070
                                    (-8,28)                         (-0,98)        (-0,91)           (-0,81)         (-15,69)

Upah Wanita (Wm)     -0,359      -1,068         -1,066          -1,019            -0,334           -0,361
                                     (-8,28)                                    (-4,99)         (-4,57)           (-098)          (-13,93)

Upah Pria (Wf)           -0,175      -0,562         -0,553          -0,420            -0,232         -0,196
                                    (-6,80)                         (-4,57)         (-2,21)            (0,91)        (-13,24)

Luas Tanah                  0,992        1,832         1,026           1,088            1,065             0,986
Garapan (K1)              (43,40)                         (13,71)          (13,86)         (15,77)         (11,38)
 


Catatan:
*Elastisitas dihitung berdasarkan rumus yang di pakai oleh Fulginiti dan Perrin (1990) dan nilai di hitung pada tingkat harga rat-rata sampel.
**Dalam kurung adalah nilai 1 yang di hitung berdasarkan variance (cara hitungnya lihat Gujarati 1998: 634-635) dari rumus elastisitas

V. TINJAUAN PUSTAKA